www.Ekbizz.com – Menyusui nampaknya belum menjadi isu strategis sehingga berbagai pihak terlihat belum menjadikan ini sebagai prioritas. Sebagian besar ibu bekerja terpaksa tidak melanjutkan proses menyusui karena tidak ada fasilitas yang mendukungnya untuk memerah ASI dan kebijakan waktu perah ASI yang belum ada di kantor atau perusahaan.
Sebagai organisasi nirlaba yang fokus pada kenaikkan prosentase ibu menyusui dan bayi yang disusui, AIMI mengajak Pemda Bantul untuk serius menciptakan lingkungan yang kondusif bagi ibu menyusui.
“ Bayi harus terpenuhi hak nya mendapatkan ASI. Oleh karena itu ibu bekerja harus mendapat fasilitas ruang laktasi. “ secara tegas Bupati Bantul Bapak Hj. Abdul Halim Muslih menyampaikan komitmennya untuk mendukung ibu menyusui dalam kesempatan audiensi singkat dengan AIMI.
Pemda Bantul juga berkomitmen untuk mengkaji kembali regulasi peredaran susu formula baik pada fasilitas kesehatan dan yang masuk ke desa-desa karena meskipun sudah diatur dalam Peraturan Bupati Bantul tentang ASI Eksklusif namun peredaran susu formula ini semakin massiv dan secara tidak langsung menurunkan rasa percaya diri ibu sehingga lagi-lagi mendorong terhentinya proses menyusui. Dalam Perbup juga sudah diatur tentang larangan penggunaan dot dan empeng, dalam kesempatan yang sama Ketua AIMI Bantul menghimbau agar Pemda Bantul juga serius mengawal ini.
“ Dot dan empeng hanya akan menyebabkan bayi bingung puting dan menurunkan produksi ASI. “ tegas Cahyani Hijriafitri, Ketua AIMI Bantul.
AIMI juga menyampaikan bahwa dalam rangka HUT yang ke – 2 menyelenggarakan Talkshow Baby Blues Syndrome dan Keberhasilan Menyusui pada Minggu, 26 November 2017 di Aita Cafe sebagai bentuk pemberian edukasi bagi masyarakat.
“ Besar harapan kami Pemda Bantul dapat benar-benar menciptakan supporting system bagi ibu menyusui dan menuju Bantul Projo Taman ASI, Menyusui Dimana Saja dan Kapan Saja. “ closing statement disampaikan Dian Ismarini Koordinator Divisi Advokasi AIMI, mengakhiri audiensi dalam rangkaian peringatan HUT AIMI Bantul yang ke – 2.