www.ekbizz.com – Empat perupa Taiwan menggelar pameran lukisan dan instalasi di Balai Banjar Sangkring, Nitiprayan, Bantul, Yogyakarta. Pameran ini bisa dibilang sebagai upaya 4 seniman yakni Tang Tang-Fa, Cheng Cheng-Huang, Lu Chien-Chang dan Wang Shei-Chau memperkenalkan diri mereka pada publik Jogja dan Indonesia pada umumnya. Sejumlah fakta unik dirangkum oleh Tim Ekbizz.com, berikut penjelasannya.
1. Takjub dengan Apresiasi Publik Jogja
Empat seniman ini tak menyangka bahwa kara mereka mendapat apresiasi bagus oleh publik Jogja. Awalnya, mereka tak menyangka bahwa karya mereka akan didatangi oleh ratusan orang yang datang ke Balai Banjar. Huang mengaku sangat senang mana kala karya mereka mendapat hati oleh masyarakat Jogja.
2. Teman Semasa SMA yang Berkawan Hingga Sekarang
Seniman asal Taiwan ini awalnya merupakan teman dekat diera tahun 90-an. Memiliki persahabatan erat dan memiliki profesi yang sama yakni sebagai seniman. Mereka mengaku meski saat itu tidak berproses bersama, namun hati mereka terpaut dan dengan komunikasi yang apik, 4 seniman ini pun berpameran bersama di Kota Budaya, Jogjakarta.
3. Malu Menyebutkan Harga Karya Seni
Tim Ekbizz.com coba untuk meraya 4 seniman ini untuk menyebutkan salah satu karya yang dipamerkan di Balai Banjar. Namun, Huang mengaku tak ingin menyebutkan harga lukisan atau seni instalasi lain mengingat mereka baru akan menjajagi pertemanan dengan seniman di Jogja. Mereka juga tengah mencari inspirasi mengenai minat hasil karya seni semacam apa yang diminati masyarakat Indonesia
4. Mengajak Pekerja TKI Indonesia untuk Ikut Berpameran
Pindi Windy, salah satu peserta pemaran dari Purwokerto, Jawa Tengah ini mendapat kehormatan untuk memamerkan seni instalasinya berupa patung pengantin berbahan malam. Wanita kelahiran 1986 ini mengawali karir sebagai seorang perawat dan bekerja di Taiwan selama 9 tahun. Kala itu, tahun 2015 ia bertemu dengan guru loka karya yang memiliki keahlian dalam bidang miniatur bernama Mr Young.
Dari perkenalan itulah ia kemudian belajar membuat miniatur agar suatu ketika apabila kembali ke Indonesia, diharapkan ia dapat memiliki bekal untuk dikemudian hari. Namun, semakin lama karir seninya tak terbendung, Pindy kemudian bergabung dengan komunitas SEAT dari Asia Tenggara. Melalui organisasi inilah ia berkenalan dengan banyak orang dan dapat melakukan pameran tunggal di Taiwan.
Pameran berlangsung pada 22 Juni hingga 7 Juli 2019, terbuka untuk publlik secara gratis. Dilokasi yang sama, Rektor Institut Seni Indonesia – ISI Yogyakarta, Profesor Doktor M. Agus Burhan, M.Hum, menyambut gembira kehadiran empat seniman Taiwan di Sangkring Jogja.Menurutnya, kehadiran seniman dari Taiwan ini akan menambah khasanah pemahaman tentang seni kontemporer, sebagai tendensi baru di dunia internasional.
Mereka mempunyai korelasi dengan ungkapan-ungkapan yang juga menjadi tendensi baru di dunia seni kontemporer Indonesia khususnya yang sangat kuat berkembang di Yogyakarta. Seniman Indonesia hidup dan dihidupkan oleh budaya dan tradisi-tradisi yang bertemu di Jogja, selain tradisi Jawa yang kuat, Indonesia mengirimkan putra-putri terbaiknya ke Yogyakarta, yang menjadi seniman-seniman di Yogyakarta, dengan kekuatan tradisi yang berkelindan dengan nilai-nilai modern menjadi seni kontemporer.