www.ekbizz.com – Indonesia Gastronomy Community (IGC) meluncurkan sebuah mahakarya program gastronomi Indonesia bernama “Gastronosia-IGC”. Mengusung tema “Dari Borobudur Untuk Nusantara” program tersebut digelar di Rama-Sinta Garden Resto, Candi Prambanan, Yogyakarta.
“IGC melakukan eksplorasi guna memberikan edukasi mengenai perkembangan gastronomi dari sudut sejarah melalui relief dan prasasti sebagai salah satu misi kami dalam memperkenalkan Indonesia sebagai pusat budaya makanan,” ujar Ria Musriawan, Ketua Umum IGC saat peluncuran Gastronosia-IGC.
“Dengan mengangkat konsep bahwa makanan adalah budaya bangsa, maka gastronomi Indonesia dapat berperan dalam misi-misi diplomasi dan meningkatkan ekonomi melalui gastro-turisme maupun gastro-prenuership,” tuturnya menambahkan.
Ketua Panitia Gastronosia, Ratna Nuryanto mengatakan persiapan peluncuran acara memakan waktu cukup panjang. Hal itu untuk memastikan bahwa interpretasi makanan dari relief dan prasasti sudah tepat dengan penamaan makanan dan budaya pada masa Mataram Kuno.
“Selain studi yang dilakukan oleh tim Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah, kami juga mengadakan diskusi terbatas dengan para ahli,” jelas Ratna. “Dua pakar dari Universitas Gadjah Mada, yakni Profesor Timbul Haryono selaku Guru Besar Ilmu Arkeologi dan Profesor Murdijati Gardjito selaku Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan, serta ahli dari Universitas Indonesia, Profesor Saptawati Bardosono selaku Guru Besar Nutrisi dan Bondan Kanumoyoso dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, mengupas makna dari prasasti, penamaan yang tepat, gizi dan nutrisi, dari makanan Abad VIII-X tersebut,” lanjutnya.
pemaparan tentang budaya makan dan makanan disampaikan oleh Riris Purbasari dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah. Dalam paparannya, ia menggambarkan bagaimana perpaduan relief dan prasasti menunjukan keragaman bahan dasar makanan dan wujud makanan yang telah diadopsi dari masa ke masa. Ia mencontohkan Prasasti Alasantan dan Relief Candi Borobudur menunjukan referensi yang dipakai dalam menentukan makanan yang direkonstruksi.
Adapun rekonstruksi makanan disampaikan oleh peramu makanan handal, yakni Sumartoyo yang menyajikan makanan, Rumbah Hadangan Prana (Glinding Daging Kerbau), Knas Kyasan (Kicik Daging Rusa), Klaka Wagalan (Ikan Beong Masak Mangut), dan Harang-harang Kidang (Rusa Bakar). Sebagai contoh wujud makanan, diketahui bahwa Kicik Daging Rusa berasal dari interpretasi pada Prasasti Mantasyih I (829 Saka / 907 M , Prasasti Parada II (865 Saka / 943 M), dan relief Borobudur.
Hadir dalam acara peluncuran Gastronosia adalah Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid yang menyambut baik upaya interpretasi pertama pada Candi Borobudur yang sudah dikenal oleh dunia untuk memudahkan upaya memperkenalkan Indonesia melalui budaya gastro-delicacy. Hilmar Farid juga mengungkapkan bahwa Gastronosia merupakan program yang inovatif dan inspiratif.
“Gastronosia persembahan IGC ini sangat inovatif dan inspiratif. Inovatif karena mampu memperkenalkan budaya kuno dengan mendekatkan diri pada minat setiap manusia, yaitu makanan. Inspiratif karena seni tradisi diangkat lebih menarik dan mudah difahami oleh multi-generasi dengan menceritakan perpaduan konten verbal dalam prasasti dengan konten visual pada relief,” ungkap DirJen Kebudayaan Hilmar Farid.
Dalam kesempatan tersebut, IGC mendapat kehormatan dengan diresmikannya “Gastronosia” oleh Wakil Gubernur DIY, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Paku Alam X dengan pemecahan kendi. KGPAA Paku Alam X juga membacakan sambutan dari Gubernur DI Yogyakarta terkait harapan untuk IGC supaya berperan dalam menggalakkan swasembada pangan. “Dengan menggali sejarah sumber makanan lokal, maka masyarakat dapat mengembalikan kekayaan pangan lokal yang sesuai dengan kondisi alam di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya,” papar KGPAA Paku Alam X.
Acara juga dilanjutkan dengan bincang bersama para pemangku kepentingan dan pendukung acara Gastronosia. Para tamu undangan yang hadir antara lain para pejabat Kemenko Maritim dan Investasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Direktorat Kebudayaan- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta para pihak lainnya.
Program Gastronosia berlanjut dengan sejarah gastronomi pada kebudayaan Nusantara lainnya yang memberikan edukasi serta informasi bagi para penikmat gastronomi serta pemerhati budaya dan sejarah Nusantara. Kini, informasi tentang gastronosia dikampanyekan secara massif melalui website www.gastronosia.com dan akun media sosial @gastronosia.
Indonesia Gastronomy Community (IGC) adalah perkumpulan yang peduli tentang perkembangan makanan khas Indonesia, dengan fokus pada gastro-diplomasi, dan gastro-turisme. Gastronomi Indonesia bukan sekadar urusan menyadarkan identitas makanan daerah dari Sabang sampai Merauke, bukan juga urusan gengsi demi kenikmatan selera makan semata, melainkan seni memilih dan mengolah bahan menjadi asupan yang lezat dan bergizi untuk menentukan nasib bangsa.