Beranda Promo 2000 Orang Jadi Penampil di Pembukaan FKY 2019

2000 Orang Jadi Penampil di Pembukaan FKY 2019

926
0
BERBAGI

www.ekbizz.com – Pawai yang dikuti lebih dari 2.000 orang peserta dan terbagi dalam 33 kontingen ini dilepas dari dua titik yang berbeda. Titik start pawai pertama dari Kepatihan dilepas oleh Gintani Nur Apresia Swastika (Direktur Kreatif 2 FKY 2019) dengan rute Kepatihan – Malioboro – Jl. Pangurakan. Sementara titik start pawai kedua dari Alun-alun Sewandanan dilepas oleh dan Gading Paksi (Direktur Kreatif 1 FKY 2019) dengan rute Pakualaman – Jl. Sultan Agung – Jl. P. Senopati – Jl. Pangurakan.

Kontingan yang dilepas dari Kepatihan terdiri dari 21 kontingen, di dalamnya antara lain terdapat kontingan dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta yang akan menampilkan Seni Garapan berupa kostum batik aneka warna kembang hasil karya 20 rintisan kelurahan budaya Kota Yogyakarta. Kemudian kontingen Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul yang akan menampilkan beragam permainan tradisional khas daerah ini. Serta kontingen Dinas Kebudayaan Sleman yang akan menampilkan sajian kuliner khas kabupaten ini.

Sementara itu, dari Alun-alun Sewandanan Pakualaman, terdapat 12 kontingen yang dibuka oleh Bregada Wiro Mudho yang akan membawa panji-panji FKY 2019, diikuti rombongan Paseduluran Angkringan Silat dan Kontingen Dinas Kebudayaan Bantul akan menampilkan adat tradisi upacara Jala Sutra. Lalu dilanjutkan oleh kontingen dari Dinas Kebudayaan Kulon Progo yang menggelar Parade yang terdiri dari 250 penari angguk dan kontingen lainnya. Rombongan kontingen dari Sewandanan tersebut disambut oleh Bregada Kraton di Taman Pintar, untuk selanjutnya bersama-sama menuju ke Nol KM.

Seluruh kontingen yang dilepas dari dua titik tadi akan bertemu di kawasan 0 Kilometer. Di kawasan ini, khususnya di depan Museum Sonobudoyo, terletak panggung pembukaan FKY 2019.

Panggung Pembukaan FKY 2019

Rangkaian acara di Panggung Pembukaan FKY 2019 diawali dengan dengan alunan lagu Bagimu Negeri yang dibawakan secara instrumental dengan gitar oleh Eros Chandra. Usai lagu Bagimu Negeri mengalun, giliran tarian massal komposisi Kinanthi Sandhung oleh 100 penari dari Sanggar Seni Kinanti Sekar, menyemarakkan panggung pembukaan ini.

Setelah bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Ketua Umum Festival Kebudayaan Yogyakarta 2019, Paksi Raras Alit memberikan laporannya. Dalam laporannya tersebut, beliau menjelaskan alasan dan maksud “Mulanira: Ruang | Ragam | Interaksi” yang menjadi tema besar festival ini.

“Yogyakarta telah menjadi ruang temu beragam kebudayaan sejak lama. Interaksi yang terjadi di dalamnya berlangsung dengan didasari semangat toleransi dan tepa selira, semangat itulah yang akan coba kami hadirkan kembali saat ini.” jelasnya.

Paksi Raras Alit juga menyebutkan titik-titik yang akan jadi lokasi terselenggaranya rangkaian FKY 2019 ini, yaitu di Jalan Malioboro, Desa Panggungharjo, Museum Sonobudoyo, Museum Dewantara Kirti Griya, Museum Monumen Diponegoro, Museum Gunungapi Merapi, Pasar Terban, dan Alun-alun Kidul.

Pada kesempatan berikutnya, Direktur Kesenian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr. Restu Gunawan, M.Hum., hadir memberikan sambutan. Beliau mengapresiasi festival yang dinisiasi oleh Pemerintah Daerah DIY ini. Selain itu beliau berpesan agar anak-anak muda jika berlibur harus diisi dengan berkesenian dan berkebudayaan.

“Karena ini penting untuk penguatan dan memperteguh keistimewaaan Yogyakarta, menuju peradaban yang semakin maju dan memberi virus kebaikan ke daerah-daerah lain.” ujarnya.

Hadir mewakili Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, staf ahli Gubernur DIY Bidang Hukum Pemerintahan dan Politik Drs. Umar Priyono, M.Pd, memberikan sambutan. Beliau menekankan bahwa dengan adanya keberanian mengubah nama dari Festival Kesenian Yogyakarta menjadi Festival Kebudayaan Yogyakarta, artinya FKY bukan sekadar arena unjuk kebolehan di bidang kesenian semata, tapi juga menggali segenap potensi kebudayaan yang dimiliki DIY, yang merupakan peninggalan mulai dari Sultan HB I hingga Sultan yang saat ini bertahta.

Kebudayaan bisa berperan beberapa aspek, yaitu sebagai pengingat bahwa kita dari dulu sudah punya nilai-nilai kebudayaan yang hebat. Aspek berikutnya adalah pengikat keberagaman di Nusantara, agar NKRI semakin kuat dan kebhinekaan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

“Semoga FKY 2019 ini menjadi penanda dan penguat keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, serta turut meneguhkan Indonesia sebagai tujuan budaya yang terkemuka.” jelasnya, seraya mengungkapkan bahwa mulai tahun 2018, Yogyakarta menjadi Ibukota Kebudayaan ASEAN.

Usai sambutan tersebut, Ketua Umum FKY 2019 – Paksi Raras Alit, Direktur Kesenian Dirjen Kebudayaan RI – Dr. Restu Gunawan, M.Hum, Staf ahli Gubernur DIY Bidang Hukum Pemerintahan dan Politik – Drs. Umar Priyono, M.Pd, dan Kepala Kundha Kabudayan DIY -Aris Eko Nugroho, SP., MSi., bersama-sama secara simbolis membuka Festival Kebudayaan Yogyakarta 2019 dengan menekan tombol klakson di mobil kayuh.

“Prosesi pembukaan akan ditandai dengan menekan tombol klakson di mobil kayuh. Mobil kayuh ini kami pilih sebagai simbol dialog budaya massa dan budaya tradisi.” ungkap Gading Paksi, Direktur Kreatif 1 FKY 2019.

Desa Panggungharjo

Sementara itu malam harinya di Kampoeng Mataraman, Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, juga digelar upacara pembukaan Festival Kesenian Yogyakarta 2019 yang ditandai dengan Kirab Tetebahan yang terdiri dari warga Panggungharjo, Drummer Guyub Yogyakarta, dan bregada desa Kampeng Mataraman. Kirab ini bergerak menuju jembatan yang terletak di tengah Kampoeng Mataraman.

Di jembatan tersebut Kepala Desa Panggungharjo Wahyudi Anggoro Hadi, S. Farm., Apt., memberikan sambutan dan membuka secara simbolis FKY 2019 di Desa Panggungharjo ini. Seusai prosesi tersebut, kirab kembali bergerak ke panggung pertunjukkan FKY 2019, yang langsung disambut dengan kesenian Gejog Lesung.

Dengan dibukanya secara simbolis FKY 2019 ini, maka selama 17 hari mendatang segenap masyarakat dipersilakan menikmati rangkaian kegiatan ini dan harapannya festival ini dapat menjadi peristiwa budaya guna menunjukkan semangat dan karakter keterbukaan dan keramahan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.