Unilever Food Solutions (UFS) besutan PT Univeler Indonesia mengadakan kompetisi ‘Ngulik Rasa’ dengan tujuan membangkitkan kreativitas pebisnis kuliner Indonesia dalam menciptakan kreasi makanan fusion yang tidak lepas dari ciri khas Indonesia. Diketahui saat ini kreasi makanan fusion tengah digemari para milenial Indonesia. Dari Sabang hingga Merauke, ada 2.900 pebisnis kuliner yang unjuk gigi dalam memberikan sentuhan fusion pada tiga kategori makanan tradisional Indonesia yaitu, Sate, Soto dan Nasi Goreng.
Kompetisi ‘Ngulik Rasa’ ini merupakan kompetisi yang unik. Joy Tarigan selaku Managing Director Unilever Food Solutions mengatakan kompetisi ini sebagai wadah para chef dari seluruh Indonesia untuk berkreasi menciptakan fusion food yang dapat memberikan warna baru dalam industri kuliner Indonesia. UFS di Asia Tenggara mengungkapkan, fusion food menjadi salah satu tren dalam dunia kuliner. Didorong tren ini, para pebisnis kuliner dituntut untuk terus berinovasi dalam mebuat kreasi makanan yang dapat memikat milenial, yang mendominasi populasi saat ini. UFS berupaya dalam memenuhi kebutuhan tersebut melalui kompetisi ‘Ngulik Rasa’ ini.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sector kuliner berkontribusi sebesar 41,69% terhadap produk domestic bruto (PDB) Ekonomi Kreatif pada tahun 2016. Angka ini dinilai cukup tinggi dibanding dengan sector lainnya. Dengan fakta ini, banyak pebisnis kuliner yang berlomba-lomba untuk menarik konsumernya yang sebagian besar milenial. Ditanggapi oleh salah satu juri, Chef Yuda Bustara, “Pasar milenial sendiri cukup menantang untuk ditembus, lantaran mereka selalu ingin mencoba sesuatu yang baru” ujar Chef Yuda. Ketua Perkumpulan Chef Profesional Indonesia, Chef Bambang Nurianto menambahkan, “Kompetisi ‘Ngulik Rasa’ memberikan kesempatan bagi chef dan pebisnis kuliner untuk mengasah kreativitas mereka dan memunculkan ide masakan unik dan baru bagi dunia kuliner tanpa meninggalkan rasa khas Indonesia”.
Kompetisi ‘Ngulik Rasa’ dimulai dari sesi pendaftaran pada 1 September hingga 31 Oktober 2019. Para juri, antara lain Gemita Pasaribu, sebagai Country Marketing Manager Unilever Food Solutions Indonesia, Gungun Chandra Handayana, Executive Chef Unilever Food Solutions Indonesia, Chef Bambang Nurianto, Ketua Perkumpulan Chef Profesional Indonesia dan Chef Yuda Bustara. Juri – juri ini kemudian memilih 15 finalis (5 finalis tiap kategori) dari lebih dari 2.900 peserta di Indonesia. Para finalis ini diundang ke Jakarta untuk melakukan final cook-off.
Para peserta yang memasuki babak final kemudian diadu hasil kreasi masing-masing di depan hadapan juri. Penilaiannya mencakup kriteria rasa, presentasi hasil kreasi, prospek bisnis dan makna di balik hasil kreasi tersebut. Dari babak final, terpilih 1 pemenang untuk tiap kategori, Eka dari Karunia Bumbu Pawon memenangkan kategori Soto dengan kreasi Soto Seafood Lamongan Koya Telur Asin, Gozali dari Gozali Catering memenangkan kategori Nasi Goreng dengan kreasi Nasi Goreng Borneo. Dan Fabian Budi Seputro dari Sate Ratu, asal Sleman, Yogyakarta, memenangkan kategori Sate dengan kreasi Sate Kanak.
Menjadi satu-satunya finalis dari Yogyakarta, Sate Ratu menunjukkan kehebatannya beradu dengan finalis dari seluruh Indonesia. Sate Ratu menghadirkan kreasi Sate Kanak, yaitu sate ayam yang dibalut dengan bumbu merah khas Sate Ratu. Bagi yang familiar dengan Sate Ayam Merah dari Sate Ratu, Sate Kanak ini adalah versi tidak pedas dari Sate Ayam Merah. Pak Budi selaku owner Sate Ratu mengungkapknn bahwa selalu ingin membuat versi sate yang tidak pedas dari Sate Ayam Merah, sehingga bagi orang yang tidak bisa makan pedas tetap bisa menikmatinya. Namun, selalu terkendala dalam masalah bumbu. Tidak bisa sekedar mengurangi jumlah cabai, karena hal tersebut justru akan mengubah rasa. Demi mengikuti kompetisi ‘Ngulik Rasa’ ini, Pak Budi mencoba berbagai racikan baru dari bumbu yang dimiliki Unilever untuk membuat hasil kreasinya, Sate Kanak.
Tak lepas dari rasa khas masakan Jawa, Sate Kanak dibuat dari bahan gula jawa yang kerap digunakan masakan tradisional di Jawa terutama Yogyakarta. Dengan tambahan kecap manis dari Bango dan aroma jeruk limau, Sate Kanak memiliki bumbu dan rasa yang berbeda dari sate pada umumnya. Sesuai tema dari Kompetisi ‘Ngulik Rasa’, menciptakan hasil kreasi fusion food yang baru tapi tidak melupakan rasa tradisional masakan Indonesia.
Berdekatan dengan deadline pendaftaran, Pak Budi menemukan resep yang pas untuk hasil kreasinya Sate Kanak. Bermodalkan resep, foto produk, deskripsi produk dan cerita dibaliknya, Sate Kanak lolos ke babak final. Namun perjuangan tidak sampai di sini, demi mendapatkan rasa yang sama ketika mengulik rasa Sate Kanak, Pak Budi beserta istrinya, membawa panggangan sendiri dari Yogyakarta menuju Jakarta. Dengan bumbu yang sudah diracik, potongan ayam dari paha ayam yang berkualitas dan tingkat kematangan yang pas, Sate Kanak dapat meraih hati para juri.
Setelah melewati proses penjurian yang cukup ketat, Sate Kanak dari Sate Ratu meraih Juara Nasional Unilever Food Solutions untuk kategori Sate mengalahkan pesaingnya dari daerah Bogor, Surabaya, Solo dan NTB. Sate Ratu mendapat hadiah berupa uang tunai sebesar Rp50.000.000,- dan workshop digital marketing dari Foodizz.id. “Kami berhadap kompetisi ini dapat mendukung pengembangan bisnis kuliner yang berkelanjutan di tengah tren fusion food di kalangan milenial Indonesia.” tutup Joy.