Sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Yogyakarta, saat ini mengalami suhu yang sangat dingin, terutama pada pagi hari. Kondisi ini terjadi di musim kemarau, di mana suhu dapat menurun drastis sehingga terasa dingin bagi masyarakat.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan suhu dingin di Yogyakarta akhir-akhir ini adalah fenomena bediding. Istilah “bediding” berasal dari Bahasa Jawa, yaitu “Bedhidhing,” yang berarti perubahan suhu mencolok, khususnya di awal musim kemarau. Fenomena bediding adalah kondisi di mana suhu udara di pagi hari menurun drastis pada musim kemarau sehingga terasa dingin.
Selain itu, fenomena La Nina juga berkontribusi terhadap penurunan suhu ini. La Nina terjadi ketika Suhu Muka Laut di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan dari kondisi normalnya. Fenomena ini mengurangi potensi pertumbuhan awan dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia, termasuk Yogyakarta.
Selama fenomena La Nina, suhu di Yogyakarta dapat turun hingga sekitar 20 derajat Celsius dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia. Tidak hanya pada pagi hari, suhu yang rendah di malam hari disertai angin juga menambah efek dingin di Yogyakarta.
Perubahan musim dari kemarau ke musim penghujan juga berdampak pada penurunan suhu di sejumlah wilayah Yogyakarta. Pada saat peralihan musim ini, suhu udara dapat turun secara signifikan, terutama pada malam dan pagi hari.
Kondisi yang lebih dingin ini lebih terasa di daerah pegunungan atau wilayah yang lebih tinggi. Pada saat memasuki musim kemarau, tekanan udara lebih rendah dan kelembapan udara yang lebih sedikit membuat suhu terasa lebih dingin. Dengan perubahan suhu dan cuaca yang tidak menentu, masyarakat disarankan untuk selalu menjaga kesehatan agar tetap semangat dalam beraktivitas sehari-hari.