www.Ekbizz.com – Sepuluh tahun berkecimpung didunia film, IFI Sinema kini mengeluarkan film bergenre remaja berjudul ‘My Generation’. Soft launching yang berlangsung Sabtu (04/11) di XXI Jogja City Mall tersebut mendapat respon positif dari publik Jogja. Media Screening yang dihadiri pula oleh puluhan rekan media tersebut ternyata cukup sukses terbukti dari banyaknya penonton yang mengaku terkesan pasca film ini diputar.
film yang mengangkat realita kehidupan generasi millenials itu secara kritis mempertanyakan kembali nasihat orangtua yang diberikan kepada mereka yang menurut mereka belum tentu benar atau sesuai dengan karakter mereka. Perbedaan karakter antar generasi yang sangat gamblang itulah yang coba dihadirkan dalam film ini. Peristiwa seperti itulah yang terjadi di kehidupan nyata dan tak dapat dipungkuri.
Sutradari film ‘My Generation’, Upi mengatakan bahwa Untuk mendapatkan percakapan naskah yang natural, ia lantas tidak menggunakan metode survey langsung. Karena mereka sedikit enggan untuk mengungkapkan pendapat murni seputar orang tua atau pun sekolah.
“Via sosial media, saya mendapatkan obrolan murni dan sangat bagus untuk diungkapkan dan diangkat ke dalam film. Sehingga, penonton akan mengetahui sudut pandang generasi millenials dalam menanggapi berbagai hal dalam dirinya secara real, yang ternyata sudah sangat jauh pemikiran dan tindakan mereka dari yang kita bayangkan,” katanya.
secara umum, film ‘My Generation’ dibintangi 4 pemain fresh yang menjadi bintang utama, yakni Bryan Langelo (sebagai Zeke), Arya Vasco (sebagai Konji), Alexandra Kosasie (sebagai Orly) dan Lutesha (sebagai Suki). Deretan pemain senior yang jadi orang tua pun tak mau kalah seperti Ira Wibowo dan Joko Anwar (orang tua Konji); Tyo Pakusadewo dan Karina Suwandhi (orang tua Zeke); Surya Saputra dan Aida Nurmala (orang tua Suki) dan Indah Kalalo (ibunda Orly) juga tampil dalam film tersebut.
‘My Generation’ berkisah tentang persahabatan 4 anak SMU, Zeke, Konji, Suki dan Orly. Di awali dengan gagalnya mereka pergi liburan karena video buatan mereka yang memprotes guru, sekolah dan orang tua menjadi viral di sekolah mereka. Hingga mereka dihukum tidak boleh pergi liburan. Tapi mereka terlalu keren untuk mengutuki keadaan dan membuat orang-orang yang sudah menghukum mereka puas.
Liburan sekolah yang terkesan tidak istimewa, akhirnya justru membawa mereka pada kejadian-kejadian dan petualangan yang memberi pelajaran sangat berarti dalam kehidupan mereka. Ke-empat sahabat ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan konflik yang berbeda-beda pula.
Orly sebagai perempuan yang kritis, pintar dan berprinsip dan ia sedang dalam masa pemberontakan akan kesetaraan gender dan hal-hal lain yang ‘melabeli kaum perempuan. Salah satunya tentang keperawanan. Orly berusaha mendobrak dan menghancurkan label-label negatif yang sering diberikan kepada perempuan. Diluar itu Orly bermasalah dengan ibunya yang single parent, yang sedang berpacaran dengan pria yang jauh lebih muda. Bagi Orly gaya hidup sang Ibu tidak sesuai dengan umurnya.
Suki sebagai perempuan paling cool diantara teman-temannya. Selayaknya anak muda pada umumnya Suki memiliki krisis kepercayaan diri yang berusaha ia sembunyikan. Tetapi krisis kepercayaan dirinya semakin besar seiring dengan sikap orang tuanya yang selalu berpikiran negatif padanya.
Zeke, pemuda rebellious tapi juga easy going dan sangat loyal pada sahabat-sahabatnya, ternyata memendam masalah yang sangat besar dan menyimpan luka yang dalam di hatinya. Zeke merasa kedua orang tuanya tidak mencintainya dan tidak menginginkan keberadaannya. Untuk menyembuhkan luka yang dipendamnya, Zeke harus berani mengkonfrontasi orang tuanya dan membuka pintu komunikasi yang selama ini terputus diantara mereka.
Konji sebagai pemuda polos dan naif, tengah mengalami dilema dengan masa pubertasnya, ia merasa di tekan oleh aturan orangtuanya yang sangat kolot dan over protective. Hingga ada satu peristiwa yang membuatnya shock. Hal itu membuat kepercayaannya pada orang tuanya hilang dan Konji balik mempertanyakan moralitas orang tuanya yang sangat kontradiktif dengan semua peraturan yang mereka tuntut terhadap Konji.